Monday, March 30, 2015

Pemberantasan Gulma dan Penunasan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit



  • Pemberantasan Gulma
Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan. Gulma tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas karenan dapat merugikan tanaman pokok,bahkan menurunkan produksi. Gulma dapat berkompetisi dengan tanaman pokok dalam memperoleh air,  Unsur hara, cahaya maupun CO2. Selain itu, gulma dapat menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit.Kehadiran gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman karena beberapa jenis gulma mampu mengeluarkan senyawa alelopati. Secara umum keberadaan gulma dapat menimbulkan kebun terutama jika tidak dikendalikan pada waktu yang tepat. Beberapa gulma yang sering  ditemui pada lahan perkebunan adalah sebagai berikut :
  1. imperata cylindrica ( alang - alang )
  2. axonopus compresses ( rumpus pahit )
  3. passpalum conjugatum ( paitan )
  4. cyperus rotundus ( teki - tekian )
  5. chromolaena adorata  ( putihan )
  6. panicum reppens ( lampujangan )
  7. mikania micrantha  ( mikania )
  8. mimosa invisa  ( kucingan )
  9. clidemia hirta ( senduduk )
  10. musa spp  ( pisang liar ), dan masih banyak lagi
pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual ), kimiawi, biologis. pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Pemberantasan secara mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding  atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding, yaitu penyiangan untuk jenis gulma tertentu. Pmeberantasan dengan cara ini dapat dilakukan 5 - 6 kali pada tahun pertama tergantung pada keadaan perkebunan.

Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara ini adalah tenaga yang diperlukan relatif kecil. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelesatarian alam.

Pemberantasan gulma dengan cara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh - tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektifm ada baiknya pemberantasan gulma dilakukan dengan cara kombinasi tiga metode ini.

  • Penunasan
Penunasan adalah pembuangan daun daun tua yang sudah tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Terdapat dua penunasan pokok pada kelapa sawit, yaitu tunas pasir dan tunas periodik. Tunas Pasir dilakukan 1 -2 bulan sebelum pokok mulai di panen, sedangkan tunas periodik dilakukan pada tanaman yang telah berumur di atas empat tahun dengan rotasi sembilan bulan sekali. Tujuan penunasan adalah :
  1. Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami.
  2. Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan akibat buah terjepit pada pelepah daun
  3. Membantu dan meudahkan pada waktu panen.
  4. Mengurangi perkembangan tanaman epifit di pokok kelapa sawit.
  5. Agar proses metabolisme berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi
  6. Mempermudah pekerjaan potong buah
  7. Untuk sanitasi tanaman sehingga menghambat perkembangan hama dan penyakit
  8. Untuk mempermudah pemupukan dan semprot piringan
Dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20 - 30 pelepah daun. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18 - 25 pelepah daun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian rata rata produksi pelepah adalah 1,5 - 2,5 pelepah / bulan.

Pengambilan Contoh Daun dan Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

  • Pengambilan Contoh Daun
Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan. Pengambilan contoh daun dinyatakan dalam kesatuan contoh daun ( KCD ), Yaitu luasan areal tertentu yang digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya dalam luasan satu blok yang memiliki keseragamaan tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi areal dapat digunakan sebagai 1 unit KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon contoh tidak boleh dibuang sepanjang masa hingga tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi.

Untuk areal yang menggunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke - tiga dari pinggir parit baik sisi jalan utama maupun jalan koleksi. Pohon kedua dan selanjutnya diambil interval 10 baris tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul sehingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok. Lalu dari pohon terbsebut dibelokan ke arah barat dengan interval 10 tanaman, kemudian kembali lagi ke utara dengan interval yang sama. sementara itu untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan dengan metode tersebar dan acak. Adapun persyaratan pohon adalah contoh sebagai berikut.
  1. Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohoh bekas sisipan.
  2. Hindari pohon yang tumbuh di puncak bukit. Hindari juga tanaman pinggir.
  3. Pohon contoh harus berada diantara pohon yang masih hidup.
  4. Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas tanaman kurang dari lima hektar.
  5. Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/grup relatif sama.
  6. Jika pohon contoh sakit atau mati, dapat digantikan sesuai dengan ketentuan diatas.
  7. Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batangnya secara melingkar. Khusus tanaman pertama di beri tanda bulat biru tua dan di tulis dengan angka berwarna putih.
Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu dua bulan setelah pemupukan terakhir.
  • Pemupukan Tanaman
Jenis dan cara pemupukan tanaman menghasilkan sama saja dengan TBM. Hanya saja sebaran dosis, waktu aplikasi dan rotasinya berbeda. Adapun pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk tunggal atau majemuk.

Saat ini perkebunan besar lebih banyak menggunakan pupuk majemuk NPK karena penggunaan pupuk majemuk lebih efektif dan effesien. Beberapa keunggulan pupuk majemuk, diantaranya.
  1. Pupuk majemuk hanya memerlukan tiga kali aplikasi pertahun, sedangkan dengan pupuk tunggal dapat mencapai delapan kali pertahun
  2. Dengan menggunakan pupuk majemuk, hanya tersita waktu 3 - 4 bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 - 9 bulan bisa di fokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman.
  3. Dengan sekali aplikasi dengan pupuk majemuk tanaman akan mendapatkan sekaligus beberapa unsur hara sehingga tidak terdapat faktor pembatas.
  4. Dengan pupuk tunggalm aplikasi satu jenis pupuk dengan pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergis.
  5. Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya pengwasan.
  6. Penguapan dan Pencucian pupuk tunggal setelah diaplikasi sangatlah besar, dapat mencapai 20 - 30 %, sedangkan pupuk majemuk sudah dilengkapi dengan coating agent  ( bahan pengikat ) Untuk meminimlisir kehilangan unsur hara di dalam pupuk.
  7. Untuk areal topografi yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan menjadi lebih banyak
  8. Unsur mikro ( tress elements ) yang terkandung di dalam pupuk majemuk, terdapat dalam pupuk tunggal.
Disamping penggunaan pupuk anorganik, tandan kosong kelapa sawit yang sudah atau belum di komposkan juga sekarang banyak diaplikasikan ke piringan kelapa sawit sebagai penambahan bahan organik tanah.

Friday, March 27, 2015

Penyerbukan Buatan sampai pada Perawatan Pasar Pikul Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan meliputi kegiatan :
  • Penyerbukan Buatan
Penyerbukan alami kurang menguntungkan karena jumlah buah yang dihasilkan lebih sedikit. Untuk mendapatkan Tandan dengan ukuran buah yang optimal dapat dicapai bila dilakukan penyerbukan buatan ( Assisted Pollination ). Selain itu, penyerbukan buatan dimaksudkan juga untuk membantu penyerbukan alami yang terganggu karena jumlah bunga jantan kurang atau karena musim hujan yang panjang.

  1. Penyerbukan dengan bantuan manusia
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengambilan serbuk sari dari bunga jantan yang segar dan mekar, ditandai dengan warna kuning terang atau bau yang khas. Untuk menghindari kehilangan serbuk sari sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong. Kantong yang berisi potongan bunga jantan tersebut lalu diguncang guncang agar serbuk sari terlepas . Serbuk sari kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven 38 ( derajat celcius ) selama 24 jam dengan cara disebar di atas kertas setebal 0.65 cm. Setelah kering serbuk sari disimpan dalam alat desiccator  yang dilengkapi silika gel yang dapat mengabsorbsi uap air. Serbuk sari yang digunakan dapat dicampur dengan talk dengan perbandingan 1 : 10 dalam  puffer.

Keberhasilan penyerbukan buatan ditentukan oleh kebersihan puffer  dan kain kasa penutup botol. Sebaiknya kain kasa diganti setiap selesai pemakaian. Sebagai langkah terakhir adalah melakukan penontrolan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyerbukan. Pengontrolan dapat dilakukan dengan mengamati perkembangan warna putik dan bakal bijinya.

2.  Penyerbukan dengan bantuan serangga

Serangga penyerbukan kelapa sawit mulai dikembang biakan di lahan kelapa sawit sebelum tanaman memasuki masa TM. SPKS dapat berimigrasi sejauh 1 KM untuk mendapatkan bunga jantan yang sedang ber- anthesis. Kehadiran SPKS memberikan dampak yang nyata bagi perkebunan kelapa sawit, diantaranya meningkatkan produksi TBS sehingga mencapai 15 - 20  %, susunan buah yang dihasilkan sangat baik dan padat. Begitu pula ukuran, berat badan, dan rendemen inti mengalami peningkatan menjadi 6 -7 %. Namun, SPKS  juga menimbulkan dampak yang merugikan terutama dapat meningkatkan populasi tikus, karena tikus menyukai larva serangga tersebut.

  • Perawatan Gawangan
Mengingat kondisi areal TM yang sudah lebih terlindungi, perawatan gawangan dapat  dilakukan secara manual. Untuk areal dengan tanah gambut, dapat dilakukan tiga bulan sekali, sedangkan untuk areal tanah mineral dapat dilakukan empat bulan sekali. Pada kondisi populasi gulma yang tidak terkendali dapat dilakukan menjadi dua bulan sekali.

  • Perawatan Piringan Tanaman
Pada tanaman menghasilkan ( TM ), perawatan piringan untuk beberapa tahun pertama sebaiknya dilakukan secara manual, yaitu lebar piringan yang dikehendaki adalah 200 cm dari pangkal batang tanaman. Adapun herbisida kimia yang digunakan sama dengan masa TBM. Untuk perkebunan kelapa sawit skala besar, penyemprotan herbisida dapat menggunakan micron herbi atau c.d.a ( controlled droplet aplicationuntuk efektivitas pengendalian gulma.

  •  Perawatan Pasar Pikul
Pada musim hujan, pasar pikul sangat lici, bahkan sering digenang air. Oleh karena itu pengedalian gulma sebaiknya dilakukan secara kimia karena meskipun gulma - gulma mati, sampahnya dapat menutupi genangan - genangan air agar permukaan tanah tidak licin. Kondisi ini akan mnyulitkan tenaga permanen untuk mengangkut hasil panen. Pada areal bergambut, Penyemprotan herbisida dapat dilakukan dua bulan sekali, sedangkan pada tanah mineral dapat dilakukan tiga bulan sekali.